HILANG #1


KEN

          Pagi ini, Ken bersiap untuk pergi ke salah satu studio yang ada di Amsterdam. Dia tidak mau kesempatan besarnya itu hilang karena tutup lensa kameranya sulit dibuka. Kali ini dia akan mengunjungi studio untuk pemotretan model majalah fashion yang sudah ia impikan sejak pertama kali ia menjadi fotografer. 
          Dengan segala usaha dan tenaga dalam yang dia keluarkan, Ken akhirnya dapat membuka lensa kameranya. Kamera tersebut baru dibelinya di salah satu toko online besar. Butuh waktu yang lama untuk mengumpulkan uang agar ia dapat membeli kamera tersebut.
          Ken tinggal di sebuah apartemen yang cukup elite, meskipun itu ia dapatkan dari warisan orangtuanya. Ayahnya sudah meninggal 3 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 29 Juli 2503 Masehi. Ibunya tinggal jauh darinya, yaitu di salah satu kota besar di Mars. Dia hanya tinggal bersama adiknya Johnny Buffert yang masih duduk di kelas 1 SMA.
          Meski dia masih berangkat minggu depan, Ken sudah mempersiapkan segala hal yang ia perlukan di sana. Dia dan adiknya sudah diajarkan mandiri oleh kedua orang tuanya, jadi ia tidak perlu lagi mengkhawatirkan adiknya lagi, meskipun beberapa minggu terakhir adiknya minta ikut ke Amsterdam untuk sekedar mencicipi kuliner yang ada di sana.
          Seseorang mengetuk pintu apratemennya, yang sedikit mengagetkan John yang sedang bermain game 4D ciptaannya sendiri. Ken langsung berlari untuk membukakan pintunya untuk mengetahui siapa yang mengetuk pintu hologramnya. Dia menekan salah satu tombol untuk membuka pintu tersebut dan dengan secara cepat pintu itu pudar.
          “Pizza yang hangat dan lezat sudah datang.” Ujar si pengantar pizza. Ternyata itu Robby, salah satu robot pengantar pizza yang ia kenal. Ken memesan satu kotak pizza berukuran besar untuk sarapan dia dan adiknya hari ini. Dia memesan pizza dengan topping sosis, potongan daging sapi panggang, dan taburan keju susu kambing favoritnya. “Berapa totalnya?” Tanya Ken. Robby mencoba berhitung, namun ia tahu ia diprogram untuk mengantar pizza, bukan untuk berhitung. Andai saja aku bisa berhitung.Jadi, aku tidak perlu menggunakan kalkulator lagi,gumamnya. Ia segera mengeluarkan benda mirip pena, yang menjadi gadget semua orang, namanya Crimp1. Dia menekan salah satu tombol yang bertuliskan ‘C’ dengan huruf kapital, tiba-tiba mencuat hologram kecil berbentuk kalkulator yang didesain sama seperti kalkulator tahun 2200-an.
“Dua ratus… ditambah sepuluh…,  ah! Totalnya jadi dua ratus sepuluh Golda2,”balas Robby. Ken langsung mengambil uangnya yang ia simpan di saku belakang celananya.
“Ini, kuberi kau tiga ratus Golda, ambil saja kembaliannya,”. Robby yang sangat ingin membeli oli di Toko Khusus Robot terlihat sangat girang, ia yang menerima uang itu langsung pergi dan teriak “TERIMA KASIH, BOS”.
          John yang masih asik dengan gamenya sendiri, tidak mempedulikan sarapannya. Ken yang melihat perilaku adiknya langsung ‘membangunkan’ John dari gamenya.
 “ Kau akan terkena asam lambung jika kau terus-terusan terlambat sarapan” bentak Ken.
 “Ah, padahal tinggal sedikit lagi aku tamat dalam game ini,” balas John.
          Mereka berdua mencuci tangan mereka dengan uap air di dapur. Dewasa ini, setiap orang di dunia menggunakan uap air untuk segala kebutuhan air di rumah mereka masing-masing, karena dianggap lebih efektif dan lebih bersih dibandingkan dengan air biasa.
          Mereka yang sedang sarapan sedikit diganggu oleh reminder dari Crimp milik Ken, hari ini ada pemotretan untuk majalah kesehatan pukul sembilan nanti. Ken yang mendengar itu sedikit tidak peduli, karena sesungguhnya ia masih ingat akan hal tersebut. Setelah sarapan mereka segera bersiap dengan kegiatan masing-masing. Hari ini hari Senin, hari yang ‘terkutuk’. Hampir semua orang benci hari ini.


Ket. :
1 Gadget seperti smartphone, namun lebih praktis dan menggunakan energi surya
2 Mata uang untuk seluruh penduduk bumi

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perkenalan

Gugur