Mimpi

Dewantoro P.
X MIA 3

Daun pohon pucuk merah bergelayut menjatuhkan embunnya, kesejukan di pagi hari tanggal 10 November memberikan semangat seorang bocah laki - laki yang ingin berangkat ke sekolah. Tanggal hari ini bertepatan dengan hari pahlawan nasional. Seolah oksigen mendorong dirinya dari belakang untuk berjalan ke sekolahnya.

Hubert, bersama sepuluh anak lainnya duduk di bangku kelas 3 SD Tunas Bangsa menunggu datangnya guru mereka di lapangan upacara. Sekolah yang hanya berisikan dua belas orang generasi penerus bangsa di setiap tingkatnya, sekolah dengan akses terbatas dan fasilitas yang kurang memadai. Atap yang rusak, membuat cahaya matahari di musim kemarau menusuk kulit - kulit generasi penerus bangsa di sekolah tersebut.

Laksana cahaya dari Yang Maha Kuasa, menteri pendidikan datang di hari itu dengan penuh wibawa, memakai kemeja putih yang diselimuti jas berwarna hitam dan dilengkapi dengan jam tangan emas di pergelangan tangannya, serta celana hitam polos yang menggantung di pinggangnya. Jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Bersama dengan guru mereka yang mengantarkan sang menteri, datanglah satu orang anak murid yang terlambat bangun dari tidurnya dan membuat jadwalnya berantakan. Anak itu langsung bergabung dengan generasi penerus bangsa yang lainnya dan memakai topi merah putih. Upacara Bendera berlangsung dengan lancar, kali ini alam bisa bekerja sama dengan masyarakat sekolah.

Murid - murid berjalan menuju ke kelasnya masing - masing, guru mereka baru masuk ke kelas pukul delapan. Hari ini berbeda, Bu Hana hanya menceritakan bagaimana para pahlawan bangsa kita berjuang demi kemerdekaan seluruh Indonesia dan tidak ada kegiatan belajar mengajar. Seusai Bu Hana menceritakan apa saja yang dilakukan para pahlawan nasional, ia menampilkan sebuah film perjuangan para pahlawan. Di film itu diceritakan bagaimana perjuangan Bangsa Indonesia dalam memperebutkan hak mereka sebagai umat manusia, hak untuk mendapatkan pendidikan, bagaimana pemuda Indonesia berkumpul dalam suatu kongres, bagaimana perjuangan fisik, perjuangan organisasi untuk merbut kembali Tanah Air Indonesia. 350 tahun, mimpi mimpi setiap insan manusia Indonesia, akhirnya terwujudkan. Pada tanggal 17 Agustus 1945, perjuangan generasi demi generasi akhirnya membuahkan hasil, bapak Ir. Soekarno akhirnya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Santi, salah satu murid perempuan di kelas Hubert menangis tersedu sedu, membayangkan apa yang pemuda saat itu rasakan, membayangkan pedihnya kehilangan saudara - saudaranya. Bu Hana pun bertanya tentang apa saja yang telah mereka perbuat selama ini, apakah mereka telah membuat sesuatu untuk negeri ini. Hubert dan kawan kawannya tersadar bahwa mereka belum berbuat apa apa untuk bangsa ini. Lalu Bu Hana kembali bertanya, "Apa yang akan kalian lakukan jika kalian mampu membanggakan bangsa ini?" Seluruh anak murid menjawab satu per satu, ada yang ingin meraih prestasi di tingkat Internasional, ada yang ingin menjaga SDA negara agar tidak 'dicuri' oleh bangsa lain, dan ada yang ingin menjadi lembaga negara yang tidak korupsi.

Bu Hana senang melihat anak anaknya yang berjiwa patriotisme memiliki mimpi mimpi di masa depan mereka. Kecintaan mereka dengan bangsanya membuat Bu Hana terharu. Tak terasa bel istirahat telah berbunyi, saatnya murid murid memakan bekal makan siangnya. Bu Hana hanya berpesan agar mereka meraih mimpi mimpi itu, jangan menyerah meskipun ombak laut menghalangi mimpi mereka.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perkenalan

HILANG #1

Gugur